Rabu, 27 Februari 2008

Aku dan Barley

aku benci binatang. Entah darimana datangnya rasa benci itu yang pasti yang aku tahu bahwa aku benci binatang. Dan aku telah belajar untuk mendapatkan gelar spesialisasi terhadap rasa benci aku ini. Aku spesialisasi benci terhadap anjing. Binatang yang tidak tahu diri, kurang ajar, tidak tahu sopan santun, dan sebagainya yang aku keluarkan di saat aku diminta alasan kenapa sebegitu bencinya aku dengan anjing.
Dina, temanku, yang sangat mencintai anjing selalu mempromosikan anjing di depan muka aku dimanapun kami berada. Terutama kalau di rumah dia. Dia memiliki anjing golden retriever bernama Bobby. Bagi aku Bobby itu sudah menjadi seperti anaknya. Segala sesuatu yang membanggakan yang telah diperbuat oleh Bobby selalu dipublikasikan. Terutama lagi di depan wajah aku yang selalu menatap tak acuh saat Dina mulai mengeluarkan jurusnya.
" Aku enggak tahu apa alasan kamu segitu bencinya sama anjing? Benar-benar orang aneh." sungut Dina suatu hari. Aku hanya mendelik ke arahnya dan dia membalas dengan melotot.
" Sudahlah. Wajar 'kan Sena benci anjing. Kita semua pasti memiliki sesuatu yang kita benci. Dan kebetulan yang dibenci Sena adalah anjing." sela Rina bijak. Sena memandang ke arahnya sambil mengangguk-angguk dengan penuh antusias mendukung pernyataan Rina.
" Tapi tetep aja aneh." balas Dina lagi. Dan seterusnya seperti yang selalu terjadi aku dan Dina beradu mulut. Kami tetap pada pendirian masing-masing. aku tetap benci anjing.

Tidak ada komentar: