Jumat, 10 Maret 2017

T H E B E G I N N I N G

biarkan aku menjadi pecundang
saat aku tahu tidak ada sesuatu
yang harus aku lindungi
bahwa sebenarnya dirikulah yang harus..

biarkan aku menjadi penipu
saat aku mengkhianati diriku
dan memaksa diriku
untuk mengatakan bahwa semuanya benar

biarkan aku menjadi aku
saat aku mulai berlari 
menjauhkan kebohongan ini
karena jalanku telah menjadi
sesuatu yang aku hancurkan



-------

I JUST WANT TO CRY IN FRONT OF YOU

Via termangu memandang coretan di kertas yang sedari tadi dipegangnya. Dia duduk di kursi paling ujung di angkutan umum. tangannya terus memegang kertas tersebut hingga lusuh.

Hari itu siang dan apa yang terjadi di sekolah seharian tadi membuatnya ingin pulang secepat mungkin. atau menghilang secepat mungkin dari depan teman-teman nya. terutama Gilang.

'Cowok itu tidak pernah mau menganggap gue adalah temannya. Apa yang salah dengan gue? Apa yang salah dengan perasaan yang gue punya sekarang? Apa yang salah seandainya gue hanya ingin menjadikan dia teman gue?' pikiran berkecamuk di kepala Via, hingga akhirnya dia menyadari satu hal yang tidak ingin dia pikirkan sama sekali. 

' Apa yang salah dengan perasaan yang gue punya sekarang?' 

if you have something in mind, speak it out loud. when you say it was easy to say, but it wasn't. Via memandang lagi kertas yang dipegangnya sedari tadi. kalimat itu hampir  nyaris membuka perasaan dia di depan Gilang, tadi. Menahan air mata sampai pusing saat dia mengatakan kalimat yang paling kejam, menurut Via, dari semua kalimat yang pernah dikatakan oleh Gilang kepadanya. 

'Jangan pernah menganggap gue sebagai teman elo, Vi..'

damn it

Rasanya begitu besar keinginan Via untuk menampar wajah ganteng itu, wajah yang sudah memikat dia dari awal mereka bertemu saat hari pertama mereka masuk ke SMA yang sama. Dan tidak pernah disadari juga seberapa dalam pertemanan mereka hingga akhirnya perasaan yang tidak bisa dibohongi oleh Via sendiri, selain dia menganggap Gilang adalah temannya. 

dan sesuatu yang tidak mungkin bagi Via untuk mengatakan bagaimana perasaan dia sekarang terhadap Gilang di saat Gilang mengatakan hal seperti itu. 

'Elo sayang sama Gilang?' tanya Gita. 

saat itu Via hanya menanggapi pertanyaan Gita dengan tersedak, lumayan tersedak, hingga harus minum beberapa gelas untuk mengurangi sakit nya. Teman-temannya memandang Via dengan heran, dan tanpa perlu mereka mengucapkan apapun mereka sudah tahu jawaban nya, tanpa perlu Via mengatakan apapun itu jawabannya.

'hei kita taruhan' kata Gilang tiba-tiba
'taruhan apa?' 
'taruhan kalau kita tidak akan saling memiliki perasaan satu sama lain.' kata Gilang serius
Via memandang Gilang, terdiam. Lalu sedetik kemudian tertawa keras.
'HAHAHA impossible!!' 

Via termangu. Teringat taruhan itu beberapa waktu lalu, taruhan konyol yang dibuat oleh Gilang di saat mereka lagi duduk-duduk di pinggir pantai. Waktu itu mereka liburan kenaikan kelas dengan pergi rombongan ke Anyer. Tidak ada yang bisa menduga di antara mereka berdua, mungkin hanya Via sendiri yang merasakan hal ini, taruhan itu ternyata dia yang kalah. Walaupun pada saat itu dia hanya mengatakan hal konyol dan sebagainya. Karena memang saat itu tidak ada pikiran untuk menyayangi orang yang ada di sebelah nya. Seiring berjalan waktu, bahkan Via tidak tahu kapan perasaan itu ada, tanpa dia sadari dengan insting seorang perempuan hatinya sudah terpaut terlalu jauh dengan sosok cowok itu. 

Dan di saat sebelum dia berusaha untuk menunjukkan bagaimana perasaan dia, dia sudah ditolak mentah-mentah. Tidak menganggap teman sama saja dengan menyuruh gue menjauh dari dia, pikir Via. 


C O N T I N U E D